Beautiful Place


Label

Minggu, 07 November 2010

PEMBIAKAN TANAMAN


Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Tumbuhan berkembang biak dengan cara yang berbeda. Ada yang berkembang biak dengan cara generatif (pembiakan seksual) dan cara vegetatif (pembiakan aseksual). (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.




Pekembangbiakan secara generatif, terjadi pembuahan terlebih dahulu. Sedangkan perkembangbiakan vegetatif tidak terjadi pembuahan terlebih dahulu. Pada perbanyakan vegetatif, umumnya batang lebih penting daripada bagian tumbuhan yang lain. Pada beberapa tanaman yang berkembang biak secara vegetatif terjadi pertumbuhan yang normal dan perkembangannya. Ketika tanaman membentuk stolon atau rhizoma, bagian yang lebih tua yang telah mati akan meninggalkan cabang terisolasi tersebut sebagai tanaman yang terpisa
a.    Pembiakan Generatif
Ada berbagai tumbuhan yang berkembang biak menggunakan biji. Biji terbentuk dari hasil penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan dan pembuahan terjadi pada tanaman yang memiliki bunga. Perkembangbiakan ini dinamakan perkembangbiakan generatif. 
Pembiakan dengan biji mempunyai banyak keuntungan, antara lain: murah dan mudah penyimpanannya untuk jangka waktu yang lama.  Biji yang disimpan dalam keadaan kering dan dingin, tetap mempunyai daya hidup (viabilitas).  Pembiakan secara generatif (biji) juga berguna untuk memulai suatu tanaman yang “bebas penyakit”, terutama penyakit virus, sebab kebanyakan penyakit virus ditularkan melalui biji. Tanaman yang berasal dari biji pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai : (1)  Pohonnya kuat, karena mempunyai susunan akar yang baik; (2)  Umurnya panjang, walaupun tanaman tersebut lambat berbunga; (3)  Sering terjadi perubahan (penyimpangan) dari sifat induknya, karena adanya penyerbukan silang.
Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).
Dalam kontek  agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.
Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
Ada dua tipe perkembangan secara generatif yaitu :
1.        Isogami
a)         Secara morfologis, gamet ♂ sama dg gamet ♀.
b)        Pada tan. golongan rendah, mis. Spirogyra.
2.        Heterogami
a)         gamet ♂ berbeda dg gamet ♀
b)        Peleburan gamet – gamet  ini : fertilisasi
b.    Pembiakan Vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan   menggunakan bagian-bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah.
Kelemahan dari perbanyakan dengan cara ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak.  Selain hal tersebut juga  tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiss atau penangkar pemula.
Perbanyakan dengan stek pada umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang , namun pada beberapa tanaman seperti asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan.
Perbanyakan tanaman dengan stek meliputi stek batang, stek bertunas daun, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi ( meliputi umbi lapis, umbi palsu, umbi batang, umbi akar dan akar batang).
Stek berasal dari kata stuk ( bahasa Belanda) dan cuttage ( Bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan tanaman induk kedalam media, agar tumbuh menjadi tanaman baru.
Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan tidak rumit. Keunggulan teknik ini adalah dapat meng hasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat sedikit atau terbatas.  Namun  pada kenyataannya tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari induknya saja yang dapat diperbanyak dengan teknik ini, misalnya anggur, kedondong, sukun , jambu air dsb.
Kelemahan baik secara fisisologis maupun  morfologis adalah hasil perbanyakan dengan cara ini memiliki akar serabut sehingga   mudah roboh pada keadaan iklim kurang mendukung ( ekstrim) misalnya angin yang kencang, tanah selalu jenuh air, dsb.  Hal ini disebabkan  karena   hasil perbanyakan tanaman yang ditanam dengan stek  perakarannya dangkal..
Cara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.


DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. Bahan Ajar Pembiakan Vegetatif. http://made8.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 19 November 2009
            b. 2009. Cara Perkembangbiakan Makhluk Hidup 6.1 Yayat Ibayati. http://www.crayonpedia.org/mw/ . Diakses Pada Tanggal 19 November 2009
Baroto, A. L. 2009. Pembiakan. http://kartubisnis.com/blog/lengkeng. Diakses Pada Tanggal 19 November 2009
Selengkapnya...

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN


Teknologi budidaya tanaman menitikberatkan pada usaha untuk menghasilkan produksi tinggi baik dalam mutu maupun jumlahnya. Upaya untuk mewujudkan produksi tinggi dikenal dengan adanya panca usaha tani yang meliputi :


a.         penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi
Bibit bermutu tinggi atau unggul berarti bibit yang memiliki banyak sifat agronomi yang lebih baik dibandingkan varietas lain. walaupun salah satu sifat mungkin rasa atau ketahanan terhadap penyakit, sehingga pada keadaan umum hasil produksinya tinggi. Karena varietas-varietas selalu mengalami evolusi karena adanya introduksi-introduksi baru, sehingga suatu varietas unggul tidak akan selalu unggul sepanjang masa melainkan terganti oleh varietas baru yang lain.


Dalam usaha introduksi varietas baru sering ditemukan kesukaran-kesukaran. Hal ini karena petani telah mengenal varietas unggul yang bagi mereka benar-benar bagus dan sering digunakan sehingga tidak menerima varietas baru yang bagi mereka itu bukan suatu kebiasaan mereka. Dalam hal ini perlu dialakukan demonstrasi-demonstrasi mengenai keunggulan dari varietas baru sehingga mereka dapat percaya terhadap hal tersebut.
Dalam hal varietas unggul, perlu diperhatikan cara-cara mempertahankan kemurnian varietas (dengan isolasi waktu dan isolusi tempat untuk varietas-varietas yang menyerbuk silang, atau dengan isolasi fisik). Dengan cara-cara kultur teknik biasa, untuk varietas menyerbuk silang, setelah bibit mencapai generasi ketiga, lebih baik membeli benih lagi yang masih murni, dari penjual benih yang baik dan benih telah disertifikasi. Demikian pula untuk benih-benih hibrid yang mahal, benih tidak perlu dipakai terus sesudah generasi kedua. Untuk varietas-varietas inbrid seperti pada jagung, bila kemurnian dapat dipertahankan terus, untuk memulihkan vigor perlu disilangkan kembali dengan inbred lain.
Benih yang bermutu tinggi sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu proses produksi. Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi dan menyiram apabila bahan tanamannya tidak bermutu tidak akan dapat diperoleh hasil panen yang maksimum. Benih yang berkualitas adalah yang mempunyai sifat-sifat antara lain tingkat kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan.
Kultivar unggul diperoleh dengan cara seleksi mutasi maupun persilangan antara tetua yang mempunyai sifat-sifat genetik unggul. Penggunaan kultivar unggul introduksi dari luar negeri, perlu diperhatikan  masalah adaptasinya. Yang ideal sifat-sifat unggul dari luar negeri dikombinasikan sifat unggul lokal, akan memperkaya plasma nutfah di dalam negeri.
Pemanfaatan kultivar unggul lokal yang sudah teruji daya adaptasinya, akan mendukung pelestarian dan pengembangan plasma nutfah dan merupakan salah satu faktor pendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan. Kultivar unggul pada umumnya memerlukan unsur hara yang banyak, agar dapat memberikan hasil sesuai potensinya. Yang perlu segera dikembangkan adalah kultivar-kultivar unggul hemat unsur hara. Dengan demikian akan menghemat bahan pupuk.
b.        pengolahan tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap bagi kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik tanah. Karena tanah merupakan faktor lingkungan yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi:
1)   Faktor fisik (air, udara, struktur tanah serta suhu)
2)   Faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi)
3)   Faktor biologis (makro/mikro flora dan makro/mikro fauna)
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional seperti cangkul dan sampai dengan modern (mekanisasi) seperti traktor.
Berdasarkan tingkat intensifitasnya ada beberapa pengolahan tanah:
1.    Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa Olah Tanah (TOT). Penaburan benih kedelai pada lahan sawah bekas padi tanpa pengolahan tanah terlebih dulu, untuk memanfaatkan kelembaban tanah.
2.    Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage). Bagian tanah yang diloah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3.    Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage). Pengolahan hanya dilakukan pada lajur tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman tebu).
4.    Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage). Pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan tanah rata.
Makin minim (tidak intensif) cara pengolahan tanah, akan makin mampu menangkal erosi. Dengan demikian makin mendukung kelestarian kesuburan tanah disamping lebih menghemat biaya dan waktu.
c.         pengairan
Keadaan air di dalam tanah mencakup ketersediaan dan gerakannya dalam tanah. Pengairan yang baik akan meningkatkan daya produksi tanaman dan menaikkan keuntungan dari bidang tanah pertanian. Dalam pemberian air, perlu diperhatikan kebutuhan air dari setiap tanaman tertentu. Misalnya tanaman padi, tidak selalu harus digenangi terus-menerus, pada saat-saat tertentu menjelang pembungaan, sawah perlu dikeringkan. Penggenangan harus teratur dan diawasi, sehingga tidak akan terjadi suatu periode kekeringan yang cukup lama hingga terjadi merajalelanya gulma.
Pada umumnya tanaman banyak membutuhkan air pada awal tumbuhnya (seddling stage) dimana fase vegetatif dominan. Pada saat tanaman menjelang pembungaan, air perlu dikurangi. Jumlah air yang diberikan sebaiknya teratur sehingga fluktuasi jumlah air total tidak terlalu besar. Suplai air yang hampir merata sepanjang kehidupan tanaman selalu ideal untuk tanaman yang dibudidayakan. Dalam memberikan air perlu dijaga agar permukaan tidak menjadi padat (terutama tanah bertekstur halus) sebab dapat mengurangi infiltrasi air dan udara. Penyiraman air harus sedemikian rupa sehingga percikannya halus ke tanah.
Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara :
1)   Pengairan di atas tanah;
2)   Pengairan di dalam tanah (sub irrigation);
3)   Pengairan denagn penyemprotan (sprinkler irrigation); dan
4)   Pengairan tetes (drip irrigation).     
Pengairan permukaan menggunakan selokan dengan aliran lambat agar tidak terjadi erosi berat. Penggenangan kontur dilakukan bila tanah cukup kemiringannya, sehingga terjadi genangan yang bertingkat tingginya karena dibatasi dengan galengan yang bertahap dan teratur. Laju pemberian air hendaknya berkesinambungan dengan bagian tanah yang dapat menyerapnya, oleh karenanya frekuensi pengairan akan efektif bila diberikan sebelum kelembaban tanah menjadi penghambat pertumbuhan tanaman.
Dalam keadaan tanah kering maka pemberian air dapat berjumlah lebih banyak dibanding pada tanah basah. Tanah yang memperoleh air pengairan, maka air dapat masuk ke dalam tanah (inflitrasi) dan air dapat lalu lewat tanah itu (perkolasi). Dalam air pengairan dikenal istilah air bebas yaitu air yang tidak diikat dan lalu dengan bebas kebawah karena gaya gravitasi. Bila sebagian air tetap didalam pori-pori tanah maka disebut air kapiler yang terikat dalam pori tersebut oleh tekanan permukaan dan daya adhesinya. Air kapiler dan air bebas ini keduanya dapat dipergunakan oleh tanaman. Penggunaan air tersebut juga tergantung dari banyaknya akar, dan laju pengambilan air meningkat dengan makin meningkatnya kekeringan.
Mengingat makin terbatasnya sumber air, maka langkah-langkah penghematan (peningkatan keefisienan) penggunaan air dalam budidaya tanaman, perlu dilakukan secara simultan dan terus menerus. Langkah-langkah tersebut antara lain melalui pergiliran tanaman (padi dan palawija atau sayuran di lahan sawah), pemanfaatan mulsa (diutamakan mulsa organik) di lahan kering pada musim kemarau, sistem tanpa olah tanah (TOT) di akhir musim hujan, pemanfaatan air tanah, penerapan pengairan tetes, dll. Dengan langkah-langkah tersebut kelestarian sunber daya alam air akan lebih terjamin.
d.        Pemupukan
Suatu pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya diberikan pada tanah. Tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagai larutan. Pupuk yang memberikan N, P, dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk merupakan persen dalam berat dari nitrogen, fosfor, dan kalium. Fosfor dan kalium biasanya tidak dinyatakan dalam unsur-unsurnya.
Pupuk dapat digolongkan pada pupuk organik dan anorganik. Pada masa silam pupuk kebanyakan dari bahan organik buangan berupa pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman. Pupuk kimia seperti amonium nitrat dan superfosfat disintesa dari mineral-mineral anorganik. Pupuk N dapat disintesa dengan menggunakan nitrogen langsung dari udara. Untuk memperkecil biaya pemupukan, praktek pertanian dilaksanakan dengan pemberian pupuk secukupnya sebagai tambahan hara tanah yang tersedia dan menaikkan tingkat hara yang sesungguhnya diperlukan tanaman. Kebutuhan hara dari tanaman ditentukan dengan mengorelasi tanggapan tanaman dengan kandungan mineral jaringan dan tanah. Akan tetapi, total kandungan hara dalam tanah tidak selalu memberikan suatu gambaran yang benar mengenai ketersediaan hara. Ketersediaan hara berhubungan dengan nilai tukar kation, reaksi tanah dan siklus bahan organik.
Tujuan pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil tanaman. Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di sebelah tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun, dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan bahwa pupuk mudah menguap ataupun terikat dalam tanah. Sebenarnya tanah merupakan sumber unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan mengangkut keluar unsur lebih banyak daripada tanaman yang berdaya hasil rendah.
Unsur-unsur esensial yaitu unsur penting bila ditiadakan maka pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Pada saat kekurangan nampak gejala defisiensi, dan fungsi unsur tertentu tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur esensial makro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak agar siklus hidupnya tidak terhenti seperti N, P, K, Ca, Mg, H dan O, sedangkan unsur esensial mikro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit agar siklus hidupnya tidak terhenti, meliputi Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo dan B.
Konsekuensi penggunaan kultivar unggul berpotensi hasil tinggi adalah pemberian pupuk dalam jumlah banyak. Apabila yang digunakan pupuk anorganik dan diberikan terus-menerus tanpa diimbangi pupuk organik, maka akan menyebabkan kerusakan fisik dan keseimbangan hayati tanah. Kesehatan dan produktivitas tanah cenderung menurun sehingga menjadi kendala terwujudnya pertanian berkelanjutan. Dalam rangka melestarikan kesuburan tanah (kimiawi, fisik dan hayati) dan mencegah pencemaran air tanah, maka sistem pemupukan hayati perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena efeknya yang ramah lingkungan. Pendekatannya dengan pemanfaatan input lokal (pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk guano, dll) dan input luar yang ramah lingkungan misalnya pemanfaatan bakteri Rhizobium (pada kacang-kacangan), cendawan Micoriza (pada padi-padian) dan pupuk organik cair.
Pupuk Nitrogen yang dalam bentuk mudah larut, perlu diletakkan dekat dengan biji tanaman sebagai pemacu tumbuh. Bila pemberian secara sebar maka kemungkinan penguapan cukup besar dan dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan gulma. Pada tanah basah yang memudahkan pupuk N mudah menguap maka dapat diatasi dengan peletakan yang agak dalam. Pupuk Fosfor, yang diberikan dalam bentuk fosfat dapat larut dalam air tanah asam merupakan pemupukan yang cukup efisien bila diberikan secara jalur. Pupuk Kalium, peletakan yang terlalu dekat dari pupuk kalium khlorida akan menyebabkan kerusakan asmotik pada biji tanaman. Pupuk Daun, pada umumnya diberikan bagi pupuk yang mengandung unsur mikro seperti Fe, Cu dan Mn. Namun penyemprotan pupuk N juga dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh lanjut.
e.         perlindungan tanaman
Pengganggu tanaman mencakup semua bentuk hidup yang merusak tanaman. Merupakan spektrum yang luas mulai dari virus yang sukar dilihat sampai dengan tikus dan babi hutan. Pengganggu dapat dikelompokkan dalam istilah yang lebih luas dari patogen, predator, dan gulma. Efeknya berturut-turut yaitu penyakit, perusak, dan persaingan. Perkiraan kerugian untuk pertanian dapat mencapai 33 persen.
Pemberantasan pengganggu tanaman merupakan disiplin dalam pertanian yang disebut perlindungan tanaman. Suatu teknologi yang sangat terspesialisasi dan selalu berubah dengan cepat, telah dikembangkan untuk pengganggu tertentu seperti mikroorganisme, nematoda, serangga, dan gulma. Walaupun teknik pemberantasan berbeda menurut pengganggu dan tanamannya, pendekatan dasarnya adalah dengan mencampuri beberapa tahap kehidupan dari pengganggu tersebut atau dengan melindunggi tanaman inangnya. Perlakuan yang paling berhasil adalah dengan pencegahan (preventif) dan bukannya penyembuhan (curatif). Pencegahan bertujuan menahan, mencegah kerusakan dan bukannya menyembuhkan tanaman-tanaman yang telah terserang.
Pada budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama (insekta, tikus, burung jenis tertentu, dll) dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus) sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologi) maupun gulma sebagai kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya matahari, CO2, O2, ruang hidup) disertai zat allelopati yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa hambatan pertumbuhan dan perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan fatal sehingga gagal panen (ledakan hama tikus di era enam puluhan dan hama wereng di era tahun tujuh puluhan pada tanaman padi) bahkan kematian total tanaman (ledakan hama kutu loncat pada lamtoro local di era tahun delapan puluhan).
Kejadian tersebut di atas minimal suatu ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam, sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali, sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama. Beberapa cara pengendalian organisme pengganggu yang dikenal antara lain:
1)   Cara teknik budidaya dititikberatkan pengurangan populasi musuh alami (menghilangkan tanaman atau bagian yang terserang, pergiliran tanaman, pengaturan populasi tanaman, karantina tanaman, tanaman campuran)
2)   Cara fisik (menghilangkan binatang hama dari tanaman, pencabutan gulma, penggunaan zat penarik, penggunaan penangkap hama, perlakuan panas untuk penyebab penyakit)
3)   Cara hayati (pemanfaatan predator dan parasit, penggunaan tanaman resisten, pemanfaatan binatang pengusir hama)
4)   Cara kimiawi dengan pestisida kimia murni, di satu sisi positifnya adalah efek lebih cepat tampak dan praktis dalam penanganan. Tetapi aplikasi yang tidak tepat (takaran, cara, intensitas dan saat) justru dampak negatifnya akan dirasakan jangka panjang dalam bentuk pencemaran (atmosfer, tanah dan air), residu pada produk tanaman, keracunan pada manusia dan hewan, resistensi pada hama dan penyebab penyakit. Cara pengendalian inilah yang sangat mengancam kelestarian sumber daya alam keseimbangan hayat di alam. Penggunaan cara kimia tersebut sebaiknya dilakukan apabila cara lain yang lebih ramah lingkungan kurang berhasil. Penggunaan dan pengembangan pestisida hayat dianggap dapat menutup kelemahan pestisida kimia murni.
Budidaya tanaman ganda dapat dilakukana dengan :
1.         Multiple Cropping
Penanaman lebih dari jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun, yang termasuk dalam sistem tanaman ganda yaitu Inter Cropping, Mixed Cropping dan Relay Cropping.
a)         Inter Cropping
Penanaman serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Sebagai contoh tumpang sari antara Sorghum dan tanaman kacang tunggak dan antara tanaman ubi kayu dan jagung atau kacang tanah.
b)        Mixed Cropping
Penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem tanam campuran lebih banyak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan penyabab penyakit.
c)         Relay Cropping
Penanaman sisipan adalah penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen, atau dengan istilah lain suatu bentuk tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Sebagai contoh : padi gogo dan jagung ditanam bersamaan kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman sela satu bulan atau lebih sesudahnya.
2.         Sequantial Cropping
Penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian juga kalau ada tanaman ketiga, tanaman ditanam setelah tanaman kedua dipanen.

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, M.M. Sri Setyati. 1989. Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia
Fakultas Pertanian UNS. 2007. Teknik Budidaya Tanaman. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/BAB%20VIIIdasgro.htm. Diakses pada tanggal 1 Desember 2009
Selengkapnya...