Beautiful Place


Label

Minggu, 07 November 2010

PENGELOLAAN HAMA TERPADU TANAMAN SENGON




 
A.  Pendahuluan
 Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa). Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui Dephutbun untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
 
B.  Hama dan Penyakit Tanaman Sengon
1.      Hama
a.       Hama Penggerek Batang/ Boktor (Xystrocera festiva)
Titik awal serangan hama boktor adalah  adanya luka pada batang. Umumnya telur diletakkan pada celah luka di batang. Telur baru ditandai utuh, belum berlubang-lubang; bila telur sudah berlubang-lubang dimungkinkan bahwa telur sudah menetas. Sejak larva keluar dari telur yang baru beberapa saat menetas, larva sudah merasa lapar dan segera melakukan aktivitas penggerekan ke dalam jaringan kulit batang di sekitar lokasi dimana larva berada. Bahan makanan yang disukai larva boktor adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). Adanya serbuk gerek halus yang menempel pada permukaan kulit batang merupakan petunjuk terjadinya gejala serangan awal.
b.      Hama ulat kantong (Ptero plagiophleps)
Hama ulat kantong (Pteroma plagiophleps : Lepidoptera) menyerang daun-daun tanaman sengon. Hama ini tidak memakan seluruh bagian daun, hanya parenkim daun yang lunak; menyisakan bagian daun yang berlilin. Daun-daun tajuk yang terserang terdapat bercak-bercak coklat bekas aktivitas ulat. Bilamana populasi ulat tinggi dapat menyebabkan kerugian yang serius.
c.       Hama Uret
Hama ini menyerang tanaman sengon atau albasia yang masih kecil dan banyak sampah.
2.      Penyakit
a.       Penyakit Karat Tumor atau Karat Puru(Uromycladium Teperrianum)
Penyakit karat tumor atau karat puru (gall rust), merupakan salah satu penyakit yang berbahaya pada tanaman sengon (Miq. Barneby & J.W. Grimes). Dampak penyakit meluas pada semai sampai tanaman dewasa, mulai dari menghambat pertumbuhan sampai mematikan tanaman. Serangan karat tumor/karat puru ditandai dengan terjadinya pembengkakan (gall) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan helai daun. Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur. Penyakit karat tumor/karat puru dapat menjadi persoalan yang serius dalam pengelolaan tanaman sengon. Penyebaran penyakit ini sangat cepat, dengan menyerang tanaman sengon mulai dari persemaian sampai lapangan dan pada semua tingkatan umur. Kerusakan serius bila serangan terjadi pada tanaman muda (umu r1-2 tahun), karena titik-titik serangan (gall) bisa terjadi di batang pokok/utama sehingga batang pokok/utama rusak/cacat, tidak dapat menghasilkan pohon yang berkualitas yang tinggi.
Penyebab penyakit karat puru yang menyerang tanaman sengon adalah jamur Uromycladium tepperianum. Jamur ini dikenal sebagai jamur karat yang menyerang lebih dari seratus spesies Acaccia, jenis-jenis Albizia spp, Racosperma spp. (ketiganya merupakan anggota famili Fabaceae ( =Leguminosae ) menyebabkan pembentukan (gall) yang menyolok pada dedaunan dan ranting pohon. Setiap gall karat tumor/karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang dapat menularkan ke pohon-pohon sekitarnya dengan cepat melalui bantuan angin. Ukuran, bentuk , dan warna gall bervariasi tergantung bagian tanaman yang terserang dan umur gall. Warna gall pada awalnya hijau kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora-spora yang melimpah siap dilepaskan/terbang.
b.      Penyakit Jamur Akar Merah (Ganoderma sp.)
Serangan penyakit jamur akar merah menyebabkan kematian pohon-pohon di tegakan sengon. Gejala yang mudah diamati adalah menipisnya daun-daun di tajuk sengon kemudian pohon mengering. Tanda keberadaan jamur dapat diamati pada pangkal pohon yang terserang; pada pangkal batang atau leher akar keluar tubuh buah jamur Ganoderma berwarna merah kecoklatan, terutama pada musim penghujan. Keluarnya tubuh jamur mengindikasikan bahwa serangan pada pohon telah berlangsung lama, tingkat serangan sudah parah. Jamur ini menyebabkan busuknya perakaran pohon sehingga tanaman mati.
Kasus kerusakan akibat penyakit jamur akar merah ini di tegakan sengon masih jarang, belum banyak dijumpai. Namun demikian bilamana kasus serangan sudah dapat dijumpai maka pada tahun-tahun mendatang potensi kerusakan atau kematian pohon pada tegakan akan semakin membesar.
Hal ini seperti yang telah terjadi pada pengusahaan tanaman Acacia mangium di HTI Luar Jawa, dan di Semenanjung Malaysia. Penyakit ini telah menyebabkan kerusakan yang serius, menyebabkan kematian cukup besar pada tanaman Acacia mangium. Kerusakan yang cukup besar pernah dilaporkan terjadi bahwa pada penyakit ini menjadi utama pada tanaman A. mangium umur 3 tahun dan menyebabkan kerusakan sebesar 40% dari total tanaman umur 8 tahun. Kerusakan yang ditimbulkan pada daur kedua umumnya lebih parah dan lebih awal menyerang tanaman dibandingkan serangan pada tegakan daur tebangan pertama.
C.  Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sengon
1.        Hama
a.    Hama penggerek batang/ Boktor (Xystrocera festiva)
Ada 6 prinsip pengendalian hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual, fisik/mekanik, biologis, dan terpadu.
Pengendalian secara silvikultur dilakukan dengan :
Upaya pemuliaan, melalui pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap hama boktor.
Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan :
1)        Mencongkel kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon,
2)        Menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari batang dan jatuh ke lantai hutan
3)        Diperlukan ketrampilan petugas dalam mengenali tanda-tanda serta gejala awal serangan hama boktor.
Pengendalian secara fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan :
1)        kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor,
2)        Pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah,
3)        Dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah.
Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan :
1)        Menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama boktor,
2)        Caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu berkembang biak sendiri di lapangan.
3)        Teknik pengendalian secara biologis yang pernah dicoba antara lain : parasitoid telur boktor (kumbang pengebor kayu Macrocentrus ancylivorus), jamur parasit (Beauveria bassiana),  dan penggunaan predator boktor (kumbang kulit kayu Clinidium sculptilis).
Pengendalian secara terpadu, dilakukan dengan :
1)      Penggabungan dua atau lebih cara pengendalian guna memperoleh hasil pengendalian yang lebih baik;
2)      Contohnya pengendalian dengan cara menebang pohon yang terserang, kemudian batang yang terserang tersebut segera dibakar atau dibelah agar tidak menjadi sumber infeksi bagi pohon yang belum terserang.
b.    Hama ulat kantong (Ptero plagiophleps)
Pengendalian hama ulat kantong dengan menggunakan insektisida alami. Berupa campuran 1 kg daun dan batang tembakau yang dihancurkan, ditambah 1 sendok teh sabun colek dan 15 liter air. Campuran tersebut direndam selama 24 jam. Setelah itu campuran disaring dan siap untuk disemprotkan. 
c.    Hama Uret
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu jangan menanam bibit sengon atau albasia pada tempat yang banyak sampah disekelilingnya.
2.        Penyakit
a.    Penyakit Karat Tumor/Karat Puru(Uromycladium Teperrianum)
Pencegahan
1)             Untuk serangan karat tumor/karat puru di persemaian: yang menunjukkan gejala-gejala serangan harus segera dicabut dan dimusnahkan/dibakar
2)             Untuk pencegahan perluasan karat tumor/karat puru: adanya pengawasan yang ketat terhadap transportasi benih, bibit dan kayu tebangan dari daerah yang telah terserang penyakit karat tumor/karat puru ke daerah yang belum terserang.
Pengendalian
1)             Cara mekanik : memotong pucuk, cabang ranting yang ditumbuhi gall.  Pucuk, cabang ranting yang ditumbuhi gall dipotong dan dikumpulkan, kemudian disemprot/disiram dengan sprirtus atau larutan/bubur garam atau larutan/bubur belerang. Pucuk, cabang ranting yang ditumbuhi gall dipotong dikumpulkan, kemudian dibakar atau dipendang dalam tanah.
2)             Cara kimiawi : spirtus, larutan/bubur garam, larutan/bubur belerang
Spritus : Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dengan cara mengelupas gall tersebut dari batang/cabang/pucuk. Selanjutnya bagian tersebut dismprot/dioles dengan spirtus.
Larutan/bubur garam : 5 kg kapur + 0,5 kg garam + air 5-10 liter diaduk-aduk sampai rata. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gall-nya, kemudian disemprot/dioles dengan larutan/ bubur garam.
Larutan/bubur belerang : 1 kg kapur + 1 kg belerang + air 10-20 liter diaduk-aduk sampai rata. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gall-nya, kemudian bagian tersebut disemprot/dioles larutan /bubur belerang.
b.    Penyakit Jamur Akar Merah (Ganoderma sp.)
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan cara pembersihan tonggak pohon-pohon pada lokasi yang telah terserang, pembuatan parit isolasi, serta penggunaan pestisida.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2008. Budidaya Sengon (Albazzia falcataria). www.lablink.or.id. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.
Jumali. 2009. Penyakit Karat Tumor/Karat Puru Pada Sengon Laut (Uromycladium  spp.). http://pertahanan.slemankab.go.id/index. php/artikel/214-penyakit-karat-tumorkarat-puru-pada-sengon-laut uromycladium-spp. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.
Prasetyo, Eko. 2010. Cara Praktis Menanggulangi Hama dan Penyakit Sengon. http://www.ekopras.com/2010/03/04/cara-praktis-menanggulangi-hama-dan-penyakit-sengon/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar